Selasa, 14 September 2010

Tugas Teori Lokasi

TEORI LOKASI DAN RUANG LINGKUPNYA

Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (activity). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti: bahan baku lokal (local input); permintaan lokal (local demand); bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input); dan permintaan luar (outside demand) (Hoover dan Giarratani, 2007).
Teori lokasi adalah suatu penjelasan teoritis yang dikaitkan dengan tata ruang dan kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas, baik ekonomi maupun sosial.
Cakupan teori lokasi antara lain:




  • Lahan pertanian dan guna lahan kota, teori ini dikemukakan oleh Von Thunen dan teori turunannya.




  • Lokasi industri, melalui pendekatan deterministik Weberian dan pendekatan perilaku




  • Tempat pusat, oleh Christaller dan teori turunannya.




  • Alokasi lokasi, yang menitikberatkan pada bagaimana mengalokasikan fasilitas kota , interaksi keruangan serta hubungan antarlokasi dan kegiatan.
Pada awalnya teori lokasi dikembangkan Von Thunen tahun 1880 dan diperkenalkan secara utuh oleh Walter Isard tahun 1952. Namun, timbul masalah pokok ekonomi, yang disebabkan oleh tiga hal. Pertama, teori lokasi lebih cepat dikenal sebagai ilmu geografi, sehingga ahli ekonomi tidak peduli pada teori lokasi. Kedua, peralatan yang dipakai tidak biasa bagi ahli ekonomi. Yang ketiga, teori lokasi yang dikembangkan adalah tiga bentuk yang pada waktru itu tampak berdiri sendiri. Kemudian muncul teori tempat lokasi yang dikembangkan oleh Launhardt yang merupakan penerus Weber dan teori ini berkembang pesat. Horelling juga mengembangkan teori keseimbangan spasial yang merupakan sumbangan penting. Dan sejak Isard berhasil mengintegrasikan teori Thunen dan Launhardt/Weber, dan memproduksi alat yang dikenal dalam ekonomi, teori lokasi lebih diterima kalangan ekonom. Dan perkembangan selanjutnya, teori lokasi dan ketergantungan lokasi menyatu dalam bentuk mikro ekonomi spasial dan Von Thunen mencari jalan sendiri dengan landasan teori penggunaan tanah modern.

Secara umum, teori lokasi dibagi dua, yaitu:




  1. Teori Klasik
Menurut Reksohadiprojo dan Karseno (1985) Teori  sewa dan lokasi tanah, pada dasarnya merupakan bagian dari teori mikro tentang alokasi dan penentuan harga-harga faktor produksi. Sewa tanah adalah harga atas jasa sewa tanah.
David Ricardo, berpendapat bahwa penduduk akan tumbuh sedemikian rupa sehingga tanah-tanah yang tidak subur akan digunakan dalam proses produksi, dimana sudah tidak bermanfaat lagi bagi pemenuhan kebutuhan manusia yang berada pada batas minimum kehidupan. Sehingga, “sewa tanah akan sama dengan penerimaan dikurangi harga faktor produksi bukan tanah di dalam persaingan sempurna dan akan proporsional dengan selisih kesuburan tanah tersebut atas tanah yang paling rendah tingkat kesuburannya.
Berkenaan dengan kota, biasanya tingginya nilai tanah bukanlah tingkat kesuburan tanah tersebut, tetapi lebih sering dikaitkan dengan jarak atau letak tanah (Reksohadiprojo-Karseno, 1985:25).
VonThunen, Tanah yang letaknya paling jauh dari kota memiliki sewa sebesar 0 dan sewa tanah itu meningkat secara linear kearah pusat kota, dimana proporsional dengan biaya angkutan per ton/km. Semua tanah yang memiliki jarak yang sama terhadap kota memiliki harga sewa yang sama (Reksohadiprojo dan Karseno, 1985:25).




  1. Teori NeoKlasik
Menyebutkan bahwa suatu barang produksi dengan menggunakan beberapa macam faktor produksi, misalnya tanah, tenaga kerja dan modal. Baik input maupun hasil dianggap variabel. Substitusi diantara berbagai penggunaan faktor produksi dimungkinkan. Agar dicapai keuntungan maksimum, maka seorang produsen akan menggunakan faktor produksi sedemikian rupa sehingga diperoleh keuntungan maksimum.

Pembuat keputusan publik dan privat memutuskan di mana melokasikan sesuatu sering menghadapi masalah lokasi. Masalah lokasi menyangkut dua hal, yaitu:




    • Fungsional; siapa saja yang terlibat: individu, keluarga, RT/RW, perusahaan, industri, negara .




    • Areal; seberapa besar cakupan wilayahnya: ruangan, gedung, lingkungan, kota, metropolis, propinsi, negara, atau global.
Sebelum menentukan lokasi untuk kegiatan tertentu, ada hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangankan, yaitu:




  • Letak lokasi




  • Nilai lokasi




  • Jenis kegiatan yang akan dilakukan




  • Kondisi fisik lokasi




  • Sistem sosial masyarakat sekitar



DAFTAR PUSTAKA

Djojodipuro, M. 1992. Teori Lokasi. Jakarta: LP-FEUI.
Lylod, Peter E. and Peter Dicken. 1990. Location in Space:Theoritical Approach to Economic Geography. New York: Harper and Row.
Prayudho. 2009. Teori Lokasi. Modul Kuliah MIE Unej. Diunduh dari http://prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi/.
Dony. 2010.Teori Lokasi. 16 Juni. Diunduh dari http://dony.blog.uns.ac.id/2010/06/16/teori-lokasi/.



Minggu, 05 September 2010

artikel


KOTA PANGKALPINANG

Penulis: Drs. Akhmad Elvian Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Pangkalpinang
edisi: 16/Nov/2009 WIB
PETA BANGKA BELITUNG
Toponim adalah sebuah warisan yang harus tetap dilestarikan. Pelestarian terhadap warisan sejarah dan budaya dapat dimulai melalui tindakan preservatif dari seluruh komponen masyarakat
Pangkalpinang adalah salah satu kota bersejarah di Indonesia. Dengan mengetahui dan mempelajari jejak rekam peristiwa sejarah pen_ting yang terjadi di Kota Pangkalpinang diharapkan tumbuh pemahaman terhadap perkembangan Kota Pangkalpinang sehingga akan menumbuhkan kesadaran yang tinggi dari warga Pangkalpinang untuk merasa memiliki kotanya, memiliki kepedulian dan secara bersama cepat tanggap terhadap persoalan-persoalan pembangunan masyarakat dan pembangunan Kota Pangkalpinang. Tumbuhnya kesadaran warga Kota Pangkalpinang tentang sejarah keberadaan kotanya diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi pembangunan, pengembangan dan pelestarian Kota Pangkalpinang.
Pembentukan Pangkalpinang dimulai sejak adanya perintah Sultan Susuhunan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo (memerintah pada tahun 1758-1776) kepada Abang Pahang bergelar Tumenggung Dita Menggala dan kepada Depati serta batin-batin, baik Batin Pesirah maupun Batin Pengandang dan kepada para Krio yang ada di Pulau Bangka untuk mencari Pangkal atau Pengkal sebagai tempat kedudukan Demang dan Jenang yang akan bertugas untuk mengawasi parit-parit penambangan timah, mengawasi pekerja-pekerja yang disebut kuli tambang dari Cina, Siam, Kocin dan Melayu dan mengawasi distribusi timah dari parit-parit penambangan hingga sampai ke Kesultanan Palembang Darussalam. Diantara pangkal atau pengkal yang didirikan masa itu adalah pangkal Bendul, Bijat, Bunut, Rambat, Parit Sungai Buluh, Tempilang, Lajang, Sungailiat, Gagal, Pangkal Koba, Balar, Toboali dan Pangkalpinang yang kita kenal sekarang. Setelah pendirian pangkal atau pengkal lalu Sultan Palembang mengangkat dan mengirimkan Demang dan Jenang langsung dari Palembang untuk segera bertugas di masing-masing pangkal atau pengkal.
Struktur tata ruang Pangkalpinang pada awalnya hanyalah sebuah pangkal atau pengkal pengumpul timah dengan parit-parit timahnya dan pemukiman di sekitar Sungai Rangkui (Rangkui berarti bergerombol yaitu orang keluar masuk Pangkalpinang menggunakan perahu atau wangkang datang dan pergi berangkui-rangkui atau bergerombol gerombol) dan Sungai Pedindang yang membelah Kota Pangkalpinang. Bekas-bekas parit atau tambang timah tersebut masih dapat kita lihat pada bekas galian yang oleh orang Bangka disebut dengan Kolong. Di Pangkalpinang terdapat sekitar 19 kolong dan yang masih tersisa diantaranya adalah Kolong Kepuh (karena airnya kepuh), Kolong Ijau (karena airnya berwarna hijau), Kolong Bacang I dan Kolong Bacang II, Kolong Sampur, Kolong Bukit Intan, Kolong Tambang 12 (parit 12), Parit 24, Kolong Kelemen atau Kolong Bitun, Kolong Pedindang, Kolong Nangka I dan Kolong Nangka II, Kolong Teluk Bayur, Kolong Bintang, Kolong Pasar Ikan atau Gudang Padi, Kolong Kacang Pedang, Parit 6, Parit 42 (Si Luk), dan Parit Lalang. Pangkalpinang terus berubah dan berkembang dengan pesat seiring dengan perjalanan sejarah dan aktifitas kehidupan masyarakatnya.
 Di samping adanya orang-orang melayu, kedatangan pekerja-pekerja tambang timah dari Cina yang kemudian membentuk kongsi-kongsi pertambangan sangat mewarnai wajah Kota Pangkalpinang. Pola pemukiman Cina, tempat ibadah seperti kelenteng dan makam-makam tua orang Cina yang disebut pendem Cin. Jejak sejarah dan budaya tersebut telah menapak dalam berbagai bentuk bangunan fisik vernakuler Cina, dan berbagai warisan dan tradisi seperti bahasa Cina Bangka, kesenian dan kebiasaan-kebiasaan masyarakatnya. Belanda juga mengangkat pemimpin bagi orang-orang Cina di Pangkalpinang yaitu Majoor titulair der Chineezen Oen Kheng Boe (Wen Qing Wu) 1870-1925. Bentuk-bentuk tinggalan berupa bangunan-bangunan bersejarah di Kota Pangkalpinang berarsitektur vernakuler Cina ada juga yang bergaya Eropa dan Melayu. Realitas dinamika kehidupan masyarakat masa lalu di samping meninggalkan monumen hidup  berupa bangunan sejarah dan budaya juga telah meninggalkan jejak dalam bentuk nama tempat yang menggambarkan kondisi tempat tersebut dari sudut filosofi, sejarah budaya, tatanan sosial ataupun vegetasi dan hewan pada masa itu atau yang lebih populer dengan sebutan Toponim.
Penamaan lingkungan pemukiman Cina seperti penamaan kawasan Nai Si Fuk yang berarti tahi timah atau Tailing yang menumpuk, kawasan Yung Fo Hin (kampung bukit yang tinggi) yang sekarang disebut Semabung dan Parit Lalang yang berasal dari kata Parit yang ditumbuhi ilalang atau Lalang. Kawasan Bacang yang berasal dari nama buah Baciang (sejenis pohon mangga), kawasan Longinbuk yang berarti tempat perawatan dan pemeliharaan orang tua (jompo) dan kawasan Pasir Putih yang disebut Sung Sa Tie.
 Di samping itu ada juga penamaan berdasarkan vegetasi dan hewan seperti Kampung Betur, Kampung Asam, Bukit Nyato, Bukit Merapen, Kacangpedang, Pangkalbalam, Kampung Katak dan penamaan berdasarkan profesi penduduk seperti Kampung Besi (thiat phu), thiat artinya besi dan phu artinya toko, Jagal (tempat jagal hewan), Kampung Opas, Bukit Tani, Kejaksaan, Gang Mantri, selanjutnya penamaan berdasarkan asal penduduk yang menempati daerah tersebut seperti Bogorejo, Rejosari, Ampui dan Sumberejo. Penamaan lainnya berdasarkan kondisi tempat dari sudut sejarah, budaya dan tatanan sosial seperti Tebet (pintu air), Lembawai, Gabek (Goback), Kampung Dalam, Kampung Tengah, Kampung Tuatunu, Kampung Pelipur, Kawasan Bantemg (Hebe), Kawasan Pasar Mambo, Kawasan Koe Khian Lan dan Gudang Padi, Stasiun, Len Listrik, Bukit Baru, Bukit Besar, Bukit Intan dan lain sebagainya.
Kehadiran penguasa kolonial Belanda di Pangkalpinang dengan menjadikan Kota Pangkalpinang sebagai ibukota Keresidenan Bangka pada pada tanggal 3 September 1913 menyisakan bangunan-bangunan yang mencerminkan kekuasaan ke civic centre antara lain kediaman Residen (Residentshuis te Pangkalpinang op Bangka), Wilhelmina Park (Tamansari).
Dari toponim Kota Pangkalpinang dapat dilihat, bahwa Kota Pangkalpinang adalah sebuah kawasan yang pluralitas dan dalam perkembangannya dapat tumbuh secara harmonis seiring dengan dinamika perkembangan masyarakat dan pertumbuhan Kota Pangkalpinang sendiri. Melalui Toponim Pangkalpinang dapat menjadi smelt port society, terutama dalam menghadapi persinggungan antar budaya dan dengan budaya asing, serta bagaimana menata masyarakat agar dapat hidup secara serasi dan selaras dalam menghadapi berbagai perubahan yang begitu universal dan cepat terjadi.
Toponim adalah sebuah warisan yang harus tetap dilestarikan. Pelestarian terhadap warisan sejarah dan budaya dapat dimulai melalui tindakan preservatif dari seluruh komponen masyarakat Kota Pangkalpinang.
 Selanjutnya dapat dilakukan melalui tindakan progresif melalui upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatannya bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Bangsa yang besar lahir dari pemikiran yang besar, sedangkan pemikiran adalah produk budaya yang intangible. Untuk menjadi bangsa yang besar, maka kita harus membangun budaya bangsa termasuk melindungi warisan budayanya. Peristiwa dan pengalaman sejarah akan menjadi guru yang terbaik bagi tindakan manusia untuk tidak mengulangi berbagai kekeliruan dan kesalahan sehingga kita dapat bertindak lebih bijaksana dimasa yang akan datang.

Tugas Morfologi dan Arsitektur Kota

REVIEW PERKEMBANGAN MORFOLOGI
KOTA PANGKALPINANG, BANGKA BELITUNG

Suatu kota terbentuk dari masyarakat yang heterogen dan memiliki persamaan – persamaan, seperti daerah asal, agama ataupun pekerjaan yang kemudian membentuk suatu perkampungan, dilengkapi oleh fasilitas kota seperti ruang publik, pusat perekonomian, peribadatan, dan lain-lain. Suatu kota selalu mengalami perkembangan atau sering disebut morfologi kota.
 Morfologi kota merupakan teknik analisis yang dipergunakan untuk mempelajari pola-pola historis masa lalu dan masa kini dari struktur kota, bentuk, guna lahan dan pola-polanya. Berkembangnya suatu kawasan, berkaitan dengan struktur sosial, ekonomi dan budaya sehingga menyebabkan perkembangan dan perubahan fungsi ruang dan menimbulkan perubahan pada bentuk lingkungan sebagai wadah untuk melakukan kegiatan kehidupannya.
Bentukan lingkungan fisik kota sebagai "urban artifact", merupakan hasil produk budaya tertentu, di dalamnya terkandung makna atau konsepsi yang dapat digali keberhasilan dan kegagalan penanganan fisik pada masa lalu.
Kota Pangkalpinang merupakan suatu kota yang terbentuk sejak abad 17 dan telah memiliki pertambangan timah yang produktif dan telah diditribusikan ke berbagai daerah bahkan sampai keluar negeri sehingga Pangkalpinang berkembeng menjadi pusat perdagangan dan pertambangan. Kota Pangkalpinang awalnya terbentuk dari pangkal pengumpul timah dengan parit-parit timah disekitar Sungai Rangkui. Kampung kecil yang pada awal mula terbentuknya hanyalah berupa pangkalan (parit) pengumpul timah, daerahnya berawa-rawa dan dibelah oleh sungai sungai (diantaranya Sungai Rangkui, Sungai Pedindang) yang dapat dilalui wangkang atau kapal kapal kecil hingga ke muara, terus tumbuh dan berkembang menjadi kampung besar.
Pemukiman yang terbentuk awalnya pemukiman suku melayu, dan selanjutnya berkembang pemukiman  orang-orang Cina. Pola pemukiman orang-orang Cina ini mulai mewarnai struktur ruang Kota Pangkalpinang.
Sejarah Pangkalpinang secara mendasar tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kekuasaan kekaisaran Tiongkok di Asia Timur dan perebutan, penguasaan atau eksploitasi terhadap biji timah oleh berbagai bangsa, sebagai bukti dari kedua hal tersebut dapat dilihat dari monumen hidup (Living Monument) diantaranya Kelenteng yang tersebar hampir diseluruh pelosok kota dalam ukuran besar dan kecil sesuai dengan fungsi dan penggunaannya, bentuk bangunan rumah tinggal berarsitektur vernakuler Cina berikut dengan penataan pemukiman yang dipisahkan dengan banyaknya gang gang sempit, tersebarnya makam makam tua orang Cina yang disebut Pendem.
Sejak kedatangan bangsa Belanda ke Pangkalpinang, Kota Pangkalpinang berubah menjadi kota pertahanan dan berbasis militer. Sejak menjadi ibukota Keresidenan Bangka dengan Residen pertama A.J.N. Engelenberg (tahun 1913-1918) Pangkalpinang mulai tumbuh dan berkembang menjadi kota yang ramai dengan segala aktifitasnya. Dan rumah yang dijadikan sebagai rumah Residen Belanda telah dibangun sebelum tahun 1913 walaupun masih berbentuk panggung terbuat dari dinding papan dan beratap sirap. Rumah ini disamping dijadikan sebagai rumah kediaman Residen juga dijadikan sebagai tempat kegiatan kemasyarakatan dan ini berlanjut hingga sekarang.
Disamping rumah Residen dibangun pula Kantor Keresidenan (kantor sementara Gubernur sekarang), Gedung pertemuan (Panti Wangka Sekarang), Kantor Polisi (Opas) dan sarana sarana lainnya seperti alun alun (Lapangan Merdeka), Jalan–jalan raya, Rumah rumah untuk Karyawan BTW dan dibangun pula taman Wilhemina (sekarang Tamansari), dengan arsitek Van Ben Benzehorn. Taman ini berfungsi sebagai tempat untuk olahraga, kesenian serta konservasi karena banyak ditanami dengan pepohonan langka yang rindang, sangat cocok untuk olahraga dan rekreasi keluarga dan berangin angin (Zich Onspannen). Sebagai kantor pusat penambangan timah terbesar di dunia, perekonomian masyarakat Pangkalpinang terasa sangat dinamis ditunjang lagi dengan letaknya yang strategis di lintas internasional. Pangkalpinang terus berkembang dibangunannya sarana dan prasarana kota seperti rumah sakit, puast peleburan biji timah, dan pembangunan sumber air baku bersih.
Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung berciri Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang pesisir Sumatera dan Malaka. Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar pemukiman. Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya miring, memiliki beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai fentilasi. Rumah Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur, yang berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam tanah.
Kini Kota Pangkalpinang telah menjadi kota yang kaya akan kekayaan alam dan peninggalan sejarahnya. Perekonomian ditopang oleh sektor primer dan sektor sekunder. Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan pada sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan. Disamping itu juga terdapat tempat wisata berupa pantai dengan pasirnya yang putih dan kini mulai dikenal oleh seluruh mayarakat Indonesia, bahkan dunia.


Selasa, 06 Juli 2010

Tubes Geoling KU


Ini nih anggota kelompok 3 geoling yang gokil abis.....
Tubes geoling emang paling capek n melelahkan...
tapi..kalo bareng temen2, rasa capek iru bisa ilang..yang ada hanyalah tawa dan hura-hura hehe
walaupun waktu presentasi ancur abis, tetp aja hepi....





selalu ada bunda sonia yang sipa memberi arahan
tyas dan uger yang selalu berantem n bikin ribut
kefas yang siap beliin makanan waktu kami laper
erlangga yang selalu diem n sibuk dengerin gitar-gitarnya yang gak jelas...
icha sama siska yang paling sibuk ngedit laporan
bang frans..yang kalo dateng..cuma bisa ngoceh doang...
and aku ulis...hmmm apa ya...bikin peta hehehe


rasanya kebersamaan itu gak akan pernah habis walaupun tugas geoling udah selese...
temen2, kapan ya kita ke tengaran lagi...
pengen maen ke bendungan lagi.....



Kamis, 24 Juni 2010

Tugas Tekomku

Pada tugas besar tekom kali ini, kami disuruh membuat film sesuai tema yang udah ditentuin. dan kelompokku dapat tema green infrastruktur. awalnya bingung mau buat film dengan genre gimana dan jalan ceritanya gimana...
tapi dari sekian banyak ide akhirnya terpilihlah satu ide skenario film kami dengan genre drama komedi....waaupun aku sendiri nggak ngerti komedinya dimana hehehe
oh ya, difilm ini aku berperan sebagai Dewi, cewek manis yang baik hati, tidak sombong dan suka menabung hehehehehe
nggak kok, aku jadi karyawan yang menentang keras rencana penghancuran taman kota..
hmm....selama proses pembuatan film, banyak hal yang terjadi mulai dari senang hingga sedih...
kecewa sampai puas bahagia karena akhirnya kerja keras kami setelah syuting berhari-hari selesai juga...
dan semoga saja hasilnya memuaskan ...amiin...

ini nih para pemeran hitam putih....

Posterku


waktu ada tugas suruh buat poster..
aku buat 2 poster dengan tema kemiskinan dan kemacetan...
walaupun jelek tapi ya, karena karya sendiri aku anggap bagus deh hehe
Awalnya bingung mau ngumpulin poster yang mana....
setelah semedi 1 hari 1 malam tanpa makan dan minum, akhirnya aku putuskan ....
yang aku kumpulin yang tentang kemiskinan..
dan tetap aja dinilai biasa aja hehehe
emang gak ada bakat nih buat bikin desain-desain....

Reklamasi Pantai

Permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan kota adalah pertambahan penduduk. Jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahunnya turut meningkatkan jumlah prasarana dan infrastruktur yang harus dipenuhi guna kelangsungan hidup. Misalnya, kawasan pemukiman, pelayanan kesehatan, pendidikan, transportasi, kawasan industri, kawasan perkantoran serta ruang publik. Pertambahan jumlah penduduk ini tidak dapat diimbangi dengan keterbatasan lahan. Kebutuhan lahan yang semakin meningkat menyebabkan jumlah lahan kosong semakin menyempit.
Pelaksanaan pembangunan kota dengan lahan yang terbatas sulit dilakukan. Keterbatasan lahan menyebabkan pembangunan kota ke arah daratan (horisontal) tidak dapat dilakukan lagi. Sehingga dilaksanakan pembangunan ke arah vertikal. Pembangunan kawasan industri, perkantoran, kesehatan dan pendidikan dilakukan dengan membangun gedung-gedung tinggi. Sedangkan untuk kawasan pemukiman dibangun rumah-rumah susun. Namun, kini pembangunan prasarana dan infrastruktur kota dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan lahan kosong dan lahan berair melalui reklamasi.
Reklamasi dalam arti umum adalah suatu pekerjaan penimbunan tanah/pengurugan pada suatu kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna/masih kosong dan berair menjadi lahan berguna. Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun di danau (Karel, dkk, 2007).
Dalam perencanaan wilayah dan kota, salah satu cara pembangunan kota yang sering dilakukan yaitu dengan reklamasi pantai. Seperti yang telah dilakukan di kota Semarang bagian utara dan kota besar didunia lainnya seperti Hongkong dan Singapura.Pelaksanaan reklamasi dilakukan melalui pengurugan lahan dengan material urugan sampai elevasi tertentu dengan teknik pengurugan yang sesuai dengan kondisi lapangan dan kepadatan yang mampu mendukung kegiatan diatasnya.
Pembangunan kota dengan reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam menambah tata guna lahan untuk berbagai keperluan. Namun, dalam reklamasi seringkali terdapat permasalahan, seperti masalah teknik, sosial ekonomi dan lingkungan.
Masalah teknik berkaitan dengan perbaikan dan daya dukung tanah. Masalah persyaratan teknis material urugan juga sering terjadi seperti, lokasi sumber material yang jauh, tidak memiliki gradasi yang heterogen , memiliki dukung yang kurang baik, dan tercemar atau mengandung bahan kimia. Selain itu, karena lahan reklamasi berada di daerah perairan, perubahan hidrodinamika pra dan pasca reklamasi serta sistem drainase biasanya berdampak negatif langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar (Karel, dkk, 2007).
Permasalahan sosial ekonomi biasanya mengenai perbedaan pendapat antara para pembuat kebijakan, perencana, dan pelaksana dengan masyarakat. Perbedaan ini terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya reklamasi. Apakah akan menguntungkan semua pihak atau hanya pihak tertentu saja. Dan masyarakat biasanya beranggapan bahwa mereka akan memperoleh keuntungan yang paling kecil.
Reklamasi yang kurang perhitungan juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Karena reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem. Misalnya, reklamasi di daerah rawa-rawa yang semula berfungsi menampung limpasan banjir, karena diurug dan berubah fungsi, maka genangan banjir akan mencari daerah lain yang lebih rendah. Sedangkan reklamasi di kawasan pantai dapat menimbulkan perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai sehingga berpotensi meningkatkan bahaya banjir dan rob.
Permasalahan lain yang perlu diperhatikan yaitu penurunan tanah. Keberadaan tanah urug dan bangunan-bangunan di atas lahan reklamasi yang direncanakan sebagai areal pemukiman, perdagangan, rekreasi atau fasilitas lain akan memberi beban pada lapisan tanah di bawahnya yang bersifat lunak sehingga berpotensi terjadinya amblesan (settlement). Jika amblesan itu terjadi pada struktur bangunan pada besaran yang berbeda, maka akan berdampak pada kerusakan bangunan.
Selain itu, lahan-lahan yang dimanfaatkan untuk bangunan dan berbagai fasilitas yang lain pasti telah dilakukan pemampatan sehingga memperkecil permeabilitas yang akhirnya akan memperkecil infiltrasi air hujan yang jatuh diatasnya dan berpotensi menimbulkan genangan pada lahan reklamasi itu sendiri dan dapat menimbulkan banjir.
Reklamasi mempunyai dampak positif dalam pembangunan kota. Namun, jika tidak diperhitungkan dengan matang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Diperlukan kepedulian dan kerja sama dari semua komponen masyarakat agar tujuan utama reklamasi dalam pemenuhan kebutuhan lahan baru karena kurangnya ketersediaan lahan darat dapat tercapai. Selain itu, perlu tetap tersedianya lahan terbuka hijau agar air hujan dapat meresap ketanah dan tidak menimbulkan banjir baik bagi kawasan reklamasi itu sendiri maupun kawasan disekitarnya.

Sumber:
Matekohi, Karel dkk. 2007. Reklamasi Pantai Kota Semarang Kaitannya dengan Terjadinya Banjir dan Rob Ditinjau dari Aspek Litologis, Geologis, serta Hidrologis. Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah/Limbah Perkotaan Sekolah Pasca Sarjana Magister Teknik Universitas Gajah Mada Yogyakarta. http://www.pedulisampah.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=22.
Ni’am, Faiqun. 2004. “Pro Kontra Reklamasi Semarang” dalam WARAK (Wacana Warga Aktual) Seputar Semarang. Medio Juni. Semarang.
www.vhrmedia.com

Rabu, 16 Juni 2010

Teknik Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial. Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan maka mengenai suatu hal yang dikomunikasikan (Nurini, 2009).
Koncaid & Schramn menyatakan komunikasi sebagai sebuah proses, artinya komunikasi merupakan proses berbagi/menggunakan sebuah informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi tersebut. Ciri adanya proses komunikasi adalah harus ada 2 pihak atau lebih, dan ada proses berbagi informasi, sehingga harus selektif dalam memilih alat komunikasi dan memilih pola yang sesuai untuk menggambarkan pikiran.
Pada masa pra sejarah komunikasi dilakukan dengan cara alamiah. Sekarang ini komunikasi dilakukan dengan bantuan sebuah alat atau sering disebut teknologi. Teknologi komunikasi dilahirkan oleh sebuah struktur sosial, ekonomi dan politik. Teknologi komunikasi dapat meningkatkan kemampuan indera manusia terutama kemampuan mendengar dan melihat.

Sumber:

Abdullah, Aba. 2005. “Peran Media komunikasi Modern Sebagai Sarana yang Menghancurkan”. http://www.al-ikhwan.net/peran-media-komunikasi-modern-tv-sebagai-sarana-untuk-menghancurkan-29/.
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika. 2009. “Media komunikasi”. http://dishubkominfo.tasikmalayakota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=69&Itemid=75

green infrastruktur


Hijau adalah infrastruktur jaringan yang saling berhubungan ruang terbuka dan daerah alam, seperti hijau, lahan basah, taman, hutan mempertahankan dan vegetasi tanaman asli, yang secara alami mengelola stormwater, mengurangi resiko banjir dan meningkatkan kualitas air.
Green Infrastruktur (GI) adalah rencana strategis dan dikirimkan jaringan ruang hijau berkualitas tinggi dan fitur lingkungan lainnya. Itu harus dirancang dan dikelola sebagai sumber daya multifungsi mampu mengirimkan berbagai macam lingkungan dan kualitas manfaat hidup bagi masyarakat lokal.
Green Infrastruktur termasuk taman, ruang terbuka, lapangan bermain, hutan, allotments, dan kebun pribadi.
Green Infrastruktur harus disediakan sebagai bagian integral dari seluruh pengembangan baru, di samping infrastruktur lainnya seperti utilitas dan transportasi jaringan. Karena Green Infrastruktur memiliki fungsi yang penting, diantaranya:


  • Tempat untuk relaksasi dan bermain di luar ruangan

  • Ruang dan habitat bagi satwa liar dengan akses ke alam untuk orang-orang

  • Adaptasi perubahan iklim - untuk pengentasan contoh banjir dan pendinginan pulau panas perkotaan.

  • Lingkungan pendidikan

  • Produksi pangan lokal - di allotments, kebun dan melalui pertanian

  • Peningkatan kesehatan dan kesejahteraan - menurunkan tingkat stres dan memberikan kesempatan latihan
Green infrastruktur yang strategis direncanakan dan dikelola jaringan lahan alami, bekerja lanskap dan ruang terbuka lainnya yang bersifat melestarikan nilai-nilai ekosistem dan fungsi dan memberikan manfaat bagi yang terkait populasi manusia.