Minggu, 05 September 2010

Tugas Morfologi dan Arsitektur Kota

REVIEW PERKEMBANGAN MORFOLOGI
KOTA PANGKALPINANG, BANGKA BELITUNG

Suatu kota terbentuk dari masyarakat yang heterogen dan memiliki persamaan – persamaan, seperti daerah asal, agama ataupun pekerjaan yang kemudian membentuk suatu perkampungan, dilengkapi oleh fasilitas kota seperti ruang publik, pusat perekonomian, peribadatan, dan lain-lain. Suatu kota selalu mengalami perkembangan atau sering disebut morfologi kota.
 Morfologi kota merupakan teknik analisis yang dipergunakan untuk mempelajari pola-pola historis masa lalu dan masa kini dari struktur kota, bentuk, guna lahan dan pola-polanya. Berkembangnya suatu kawasan, berkaitan dengan struktur sosial, ekonomi dan budaya sehingga menyebabkan perkembangan dan perubahan fungsi ruang dan menimbulkan perubahan pada bentuk lingkungan sebagai wadah untuk melakukan kegiatan kehidupannya.
Bentukan lingkungan fisik kota sebagai "urban artifact", merupakan hasil produk budaya tertentu, di dalamnya terkandung makna atau konsepsi yang dapat digali keberhasilan dan kegagalan penanganan fisik pada masa lalu.
Kota Pangkalpinang merupakan suatu kota yang terbentuk sejak abad 17 dan telah memiliki pertambangan timah yang produktif dan telah diditribusikan ke berbagai daerah bahkan sampai keluar negeri sehingga Pangkalpinang berkembeng menjadi pusat perdagangan dan pertambangan. Kota Pangkalpinang awalnya terbentuk dari pangkal pengumpul timah dengan parit-parit timah disekitar Sungai Rangkui. Kampung kecil yang pada awal mula terbentuknya hanyalah berupa pangkalan (parit) pengumpul timah, daerahnya berawa-rawa dan dibelah oleh sungai sungai (diantaranya Sungai Rangkui, Sungai Pedindang) yang dapat dilalui wangkang atau kapal kapal kecil hingga ke muara, terus tumbuh dan berkembang menjadi kampung besar.
Pemukiman yang terbentuk awalnya pemukiman suku melayu, dan selanjutnya berkembang pemukiman  orang-orang Cina. Pola pemukiman orang-orang Cina ini mulai mewarnai struktur ruang Kota Pangkalpinang.
Sejarah Pangkalpinang secara mendasar tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kekuasaan kekaisaran Tiongkok di Asia Timur dan perebutan, penguasaan atau eksploitasi terhadap biji timah oleh berbagai bangsa, sebagai bukti dari kedua hal tersebut dapat dilihat dari monumen hidup (Living Monument) diantaranya Kelenteng yang tersebar hampir diseluruh pelosok kota dalam ukuran besar dan kecil sesuai dengan fungsi dan penggunaannya, bentuk bangunan rumah tinggal berarsitektur vernakuler Cina berikut dengan penataan pemukiman yang dipisahkan dengan banyaknya gang gang sempit, tersebarnya makam makam tua orang Cina yang disebut Pendem.
Sejak kedatangan bangsa Belanda ke Pangkalpinang, Kota Pangkalpinang berubah menjadi kota pertahanan dan berbasis militer. Sejak menjadi ibukota Keresidenan Bangka dengan Residen pertama A.J.N. Engelenberg (tahun 1913-1918) Pangkalpinang mulai tumbuh dan berkembang menjadi kota yang ramai dengan segala aktifitasnya. Dan rumah yang dijadikan sebagai rumah Residen Belanda telah dibangun sebelum tahun 1913 walaupun masih berbentuk panggung terbuat dari dinding papan dan beratap sirap. Rumah ini disamping dijadikan sebagai rumah kediaman Residen juga dijadikan sebagai tempat kegiatan kemasyarakatan dan ini berlanjut hingga sekarang.
Disamping rumah Residen dibangun pula Kantor Keresidenan (kantor sementara Gubernur sekarang), Gedung pertemuan (Panti Wangka Sekarang), Kantor Polisi (Opas) dan sarana sarana lainnya seperti alun alun (Lapangan Merdeka), Jalan–jalan raya, Rumah rumah untuk Karyawan BTW dan dibangun pula taman Wilhemina (sekarang Tamansari), dengan arsitek Van Ben Benzehorn. Taman ini berfungsi sebagai tempat untuk olahraga, kesenian serta konservasi karena banyak ditanami dengan pepohonan langka yang rindang, sangat cocok untuk olahraga dan rekreasi keluarga dan berangin angin (Zich Onspannen). Sebagai kantor pusat penambangan timah terbesar di dunia, perekonomian masyarakat Pangkalpinang terasa sangat dinamis ditunjang lagi dengan letaknya yang strategis di lintas internasional. Pangkalpinang terus berkembang dibangunannya sarana dan prasarana kota seperti rumah sakit, puast peleburan biji timah, dan pembangunan sumber air baku bersih.
Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung berciri Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang pesisir Sumatera dan Malaka. Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar pemukiman. Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya miring, memiliki beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai fentilasi. Rumah Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur, yang berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam tanah.
Kini Kota Pangkalpinang telah menjadi kota yang kaya akan kekayaan alam dan peninggalan sejarahnya. Perekonomian ditopang oleh sektor primer dan sektor sekunder. Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan pada sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan. Disamping itu juga terdapat tempat wisata berupa pantai dengan pasirnya yang putih dan kini mulai dikenal oleh seluruh mayarakat Indonesia, bahkan dunia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar